Saturday, September 6, 2008

MENGINTIP HATI DI BULAN RAMADHAN (Oleh : Rudi Chaerudin, A.Md)

Bulan Ramadhan 1429 H telah mengunjungi kita. Bulan yang penuh hikmah dan berkah, bulan dimana setiap amalan baik akan di lipat gandakan nilainya, dan saat dimana bagi mereka orang-orang yang beriman syetan si penggoda terikat erat dalam belengu kuasa Allah SWT, yang oleh karenanya maka tujuan kewajiban melaksanakan shaum agar menjadikan si pelakunya menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah semakin mudah digapai.

Namun demikian, Ramadhan yang senantiasa hadir dalam siklus tahunan kalender hijriyyah tidak serta merta membawa kemenangan bagi seluruh umat manusia, hanya bagi mereka yang beriman dan bersungguh-sungguh memamfaatkan moment ramadhan itulah yang akan beruntung. Sebahagian memang akan meraih predikat hamba yang bertaqwa, tetapi tak sedikit pula yang sekedar mendapat lapar dan dahaga tanpa nilai pahala yang melimpah, bahkan ada pula yang justru celaka karenanya. Hal ini sungguh sesuai dengan isyarat Rasulullah Saw yang menyatakan "Beberapa dari orang-orang yang shaum tidak mendapatkan apa-apa darinya kecuali lapar dan dahaga".

Hamba yang beruntung meraih kemenangan di Bulan Ramadhan adalah mereka yang mampu menjadikan Ramadhan tersebut sebagai media bagi dirinya dalam menata hati. Sebagai sumber dari seluruh peradaban dan perilaku manusia, maka hati menjadi elemen terpenting bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia fana yang penuh dengan tipu muslihat ini. Jika rusak hatinya maka akan rusak pula seluruh amalnya, dan apabila baik hatinya niscaya baik pula amalannya, demikian Rasulullah Saw memperingatkan umatnya.

Imam Al-Ghazali pernah menyatakan bahwa hati manusia itu terbagi pada tiga bentuk, yakni; Qolbu Al-Mayyit (hati yang mati), Qolbu Al-Mariedh (hati yang sakit), dan Qolbu As-Saliem (hati yang sehat). Terkait dengan bulan Ramadhan, maka sesungguhnya akan mudah dikenali termasuk pada bentuk hati yang mana yang kita miliki saat ini.

Karakter Qolbu Al-Mayyit cenderung tidak peduli pada situasi dan kondisi yang dialaminya, termasuk di bulan Ramadhan. Bagi yang hatinya memang benar-benar telah mati, bulan Ramadhan tidaklah berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Maksiat akan senantiasa dilakoninya termasuk di bulan suci ini semata-mata demi memuaskan hawa nafsu.

Sedikit beruntung bagi mereka yang masih dalam tahapan Qolbu Al-Mariedh. Setidaknya mereka akan berusaha menghentikan tabiat dan perilaku buruknya selama menjalani bulan suci Ramadhan. Namun demikian, jika usaha yang dilakukannya tersebut hanya sekedar demi menghargai kesucian bulan Ramadhan, maka tabiat dan perilaku buruk itu akan kembali menghiasi kehidupannya pasca Ramadhan. Bagi mereka, kemenangan yang diraih di bulan Ramadhan berarti bebas melakukan apa saja setelah hari raya.

Sungguh berbahagialah bagi mereka yang memiliki hati dengan kategori Qolbu As-Saliem. Bagi mereka, bulan suci Ramadhan adalah merupakan media / sarana yang paling tepat untuk mengembleng jiwanya demi meraih kemenangan yang sesungguhnya yakni bertaqwa kepada Allah SWT. Sungguh bagi mereka tidak ada sedikitpun waktu yang dapat disia-siakan dalam urusan memperbaiki diri, terlebih di bulan Ramadhan. Selepas dari bulan Ramadhan akan dianggapnya sebagai ujian yang paling nyata dari pelajaran dan hikmah yang ditemuinya semasa Ramadhan. Akankah ia menjadi lebih baik, lebih buruk, atau stagnan dalam posisi yang sama terus menerus menjadi parameter utama bagi mereka dalam menilai kesuksesannya sebagai siswa dari sekolah Ramadhan.

Tentu saja, berdasarkan uraian diatas kita akan semakin ditantang untuk dapat menunjukkan jati diri kita yang sesungguhnya. Karena pada hakikatnya Ramadhan hanyalah sekedar media pelatihan dan pembelajaran. Siapa yang paling mampu merealisasikan setiap hikmah dan pelajaran yang diambilnya di bulan Ramadhan, maka sesungguhnya merekalah orang-orang yang semakin dekat dengan ketaqwaan. Wallahu a'lam bish-showab.

MACAM-MACAM HATI

Kekayaan yang paling utama yang dimiliki oleh seorang manusia sebagaimana yang dinyatakan imam Ali Ra adalah Akal Pikiran. Karena dengan Akal Pikiran tersebutlah sesungguhnya setiap manusia dapat melakukan berbagai hal.

Namun demikian, apa yang menjadi buah Akal Pikiran seseorang senantiasa akan diwarnai oleh Hati yang menjadi asal muasal setiap perkara yang ada dalam setiap Akal Pikiran manusia, maka apabila buruk Hati, maka buruklah semua yang menjadi Buah dan Akal Pikiran, begitu pula sebaliknya.

Didalam Kitab Rijal Haular Rasul dikutip nasehat tentang Hati dari salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Abu Abdillah Al-Usi Hudzaifah bin Yaman, yang lalu dikenal sebagai Hudzaifan bin Yaman, mantan komandan perang pasukan Islam pasca Nu'man gugur, wafat pada tahun 36 H.

"Hati itu ada Empat Macam:"

1. Hati yang tertutup, itulah dia hati orang Kafir
(Al-Baqoroh 6-7)
"Innalladziina kafaruu sawaa'un 'alaihim a andzartahum am lam tumdzirhum laa yu'minuun. Khotamallaahu 'ala quluubihim wa 'ala sam'ihim wa 'ala abshoorihim ghisyaawatun wa lahum 'adzaabun 'adhiim"
Sesungguhnya orang2 kafir itu sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, serta penglihatan mereka di tutup. Dan bagi mereka siksa yang berat.

2. Hati yang bermuka dua, yaitu hati orang yang munafik
(Al-Baqoroh 8 & 10)
"Waminannaasi man yaquulu aamannaa billaahi wabil yawmil aakhiri wa maa hum bimu'miniin".
"Fii quluubihim maradlun fazaada humullaahu maradlon. Wa lahum 'adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakdzibuun"
Dari sebagian manusia ada yang mengatakan; kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal mereka sesungguhnya bukan orang2 beriman.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tambah oleh Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan dusta mereka.
Penyakit: kelemahan keyakinan terhadap kebenaran Risalah Muhammad SAW.

3. Hati suci bersih (tidak meragu), itulah hati orang yang beriman
(Al-Baqoroh 2 & 5)
"Dzaalikal kitaabu laa rayba fiihi hudan lil muttaqien"
"Ulaaika 'ala hudan min robbihim wa ulaaika humul muflihuun"
Kitab Al-Qur'an yang tidak ada keraguan padanya dan petunjuk bagi orang2 yang bertaqwa.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang2 yang beruntung.

4. Hati yang berisi keimanan dan sekaligus kemunafikan, dimana salah satu diantaranya yang paling kuat, itulah yang akan menang.

Al-Qur'an the way of live (3 prinsip utama dalam Qur'an yang dapat menyelamatkan manusia dunia & akhirat)

"taraktu fiikum amraeni in tamaasaktum bihimaa lan tadilluu abadaa, kitaballahi wa sunnata nabiyihii"
Sebagai pedoman manusia dalam menjalani kehidupan, Qur'an sebagai manual book tentu didalamnya memuat prinsip-prinsip yang apabila di pahami dan dijalankan dapat menyelamat kan manusia dari kerusakan di dunia dan di akhirat.

Ada 3 prinsip utama dalam Qur'an berupa Larangan dan Suruhan yang dijamin Allah apabila manusia dapat mentaati prinsip tersebut akan terselamatkan di kehidupan dunia maupun akhirat :

1. Suruhan manusia menyembah Allah
" yaa ayyhuhan naasu' buduu rabbakumul ladzii kholakokum walladziina min koblikum laalakum tattaquun". (QS. Al-Baqarah 21).

2. Larangan mencampur adukkan antara hak dan bathil
" wa laa talbisuul haqqa bil baathili wa taktumul haqqa wa antum ta'lamun ". (QS. Al-Baqarah 42).

3. Suruhan mendirikan Shalat dan menunaikan Zakat
" wa aqiimush sholaata wa aatuuz zakaata warka'uu ma'arraaki'iin ". (QS. Al-Baqarah 43).

Mengapa??
a. Shalat dan sabar senantiasa menjadi penolong
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu ista'inuu bisshabri wash sholaati innallaha ma'ash sobiriin". (QS. Al-Baqarah 153)

b. Orang yang mendirikan shalat senantiasa mendaptkan limpahan rahmat dan ampunan Allah
"Fadzkuruuni adzkurukum wasykurlii wa laa takfuruun" (QS. Al-Baqarah 152).
Maka ingatlah Aku (dengan shabar dan sholat) niscaya Aku akan mengingatmu (dengan limpahan rahmat dan ampunan) dan syukuri nikmat-Ku dan jangan kau ingkari.

KIAT SUKSES ORANG MUKMIN Oleh : Rudi Chaerudin, A.Md

Tujuh buah sifat yang menjadikan orang-orang mukmin beruntung/sukses :
AL-MU'MINUN 1 - 11
"Qod aflahal mu'minuun"
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) :

1. Khusyu dalam sholat (konsentrasi)
"al-ladziina hum 'an sholaatihim khoosyi'uun"

2. Menjauhkan diri dari (perbuatan&perkataan) yg tiada berguna (disiplin)
"wal ladziina hum 'anil laghwi mu'ridluun"
"min husni islamil mar'i tarkuhu maa laa ya'nihi"

3. Menunaikan Zakat (simpati&empati)
"wal ladziina hum lizzakaati faa'iluun"

4. Menjaga kemaluannya (wibawa&kehormatan)
"wal ladziina hum lifuruujihim hafidhuun"

5. Tidak melampaui batas (serakah)
"faman ibtaghoo wa roaa dzaalika faulaaika humul 'aaduun"
Barang siapa yang mencari diluar itu (perbuatan diatas) mereka adalah orang-orang yg melampaui batas.

6. Memelihara amanat dan janji yg dipikulnya
"walladziina hum li amaanaatihim wa 'ahdihim raa'anuun"

7. Memelihara sholatnya (kontinuitas / istiqomah)
"walladziina hum 'an sholaatihim yuhaafiduun"

ADAB TERHADAP DIRI SENDIRI Oleh : Rudi Chaerudin, A.Md

1. Taubat (At-Tahrim 8)
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu tuubuu ilallaahi taubatan nashuuhaa, 'asaa rabbakum an yukaffiru 'ankum sayyi'aatikum wa yudkhilakum jannaati tajrii min tahtihal anhaaru.."
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, semoga Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai..."

2. Muhasabah / Introspeksi Diri (Al-Hasyr 18)
"yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha wal tandhur nafsun maa qoddamat lighoddin, wattaqullaaha innallaaha khobiirun bimaa ta'maluun"
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang di perbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".

3. Muraqabah / Merasa Diawasi Allah (Al-Baqarah 235)
"...ya'lamuu annallaaha ya'lamu maa fii anfusikum, fahdzaruuhu, wa'lamuu annallaaha ghofuurun rahiem"
"...Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatimu (jiwamu), maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha pengampun lagi penyayang".

4. Mujahadah / Bersungguh/sungguh (Al-Ankabuut 69)
"Walladziina jaahaduu fiina lanahdiyannahum subulanaa, wa innallaaha lama'al muhsiniin".
"Dan mereka orang-orang yang bersungguh (mencari Ridlo) Kami, maka Kami akan menunjukkan bagi mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik".

ADAB KEPADA ALLAH Oleh : Rudi Chaerudin, A.Md

Akhlaq berarti peradaban yang baik, kebiasaan, perangai, dan atau tabiat.
Adab berarti tatacara, aturan, ataupun tata tertib
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan akhlak Islam adalah peradaban, kebiasaan, perangai, dan tabiat yang bersumber pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Dalam kehidupan keseharian kita, senantiasa kita menganggap bahwa berakhlak / berperadaban itu hanya cukup dengan manusia dengan sesama manusia, dan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. Kita lupa bahwa justru yang paling utama itu adalah berakhlak terhadap Allah yang telah menciptakan kita.
Didalam Islam, setidaknya ada 5 (lima) perkara yang merupakan cerminan dari sikap dan perilaku manusia yang berakhlak kepada Allah Sang Maha Pencipta

1. Bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya
(Al-Baqarah 152)
"Fadzkuruuni adzkurukum, wasykurlii walaa takfuruun"
Karena itu ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengingatmu (dengan limpahan rahmat dan ampunan), dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.
2. Taat kepada Allah dalam segala hal
(An-Nuur 54)
"Qul 'atii'ulloha wa 'atii'ur rasuula, fa in tawallaw fainnamaa 'alaihi naa hummila wa 'alaikum maa humiltum..."
Katakanlah : Taatlah kamu sekalian kepada Allah dan taat kepada rasul-Nya, maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajibanmu semata-mata apa yang dibebankan kepadamu sekalian...
3. Hanya berharap kepada Allah dan tidak putus asa dari
rahmat-Nya (Huud 56 dan Yusuf 87)
"innii tawakkaltu 'alallohi rabbii wa rabbikum.."
Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabb kamu sekalian..
"....wa laa tae'asuu min rawhillaahi, wa laa yae'asuu min rawhillahi illa qaumal kaafiriin"
....Dan janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah, dan tidaklah berputus asa kecuali orang-orang yang kafir.
4. Takut kepada siksa Allah, karena siksanya sangat pedih
(Ali Imran 4)
"....innalladziina kafaruu bi aayaatillahi lahum 'adzaabun syadiidun, wallaahu aziizun dzuntiqoom"
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat, dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).
5. Berprasangka baik kepada-Nya, dalam senang maupun
susah (Al-Fath 6)
"wa yu'addzibul munaafiqiina wal munafiqaati wal musyrikiina wal musyrikaati adh-dhoonniina billahi dhonnas saw'i.."
da supaya Dia (Allah) mengadzab mereka orang-orang munafik dari laki2 maupun perempuan, musyrik laki2 maupun perempuan karena mereka telah berprasangka kepada Allah dengan prasangka yang buruk...".